Halaman Depan   Laporan Utama   Tajuk 68H   Profil 68H   Agenda 68H

Sunday, January 30, 2005

Anggota DPR dan Tokoh Aceh Sambut Baik Hasil Pertemuan RI-GAM

(KBR 68H-30 Januari 2005) Kesepakatan Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, GAM untuk bekerjasama guna menciptakan perdamaian yang bertujuan untuk membangun kembali Aceh pasca bencana tsunami 26 Desember lalu disambut baik oleh anggota DPR yang juga anggota otonomi khusus Aceh Ahmad Farhan Hamid. Dia berharap ada langkah-langkah lebih lanjut sehingga secara bertahap bisa menyelesaikan konflik di Aceh dengan damai.

Farhan menambahkan yang terpenting sekarang adalah membangun kepercayaan diantara kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik di Aceh dengan tetap memegang teguh prisip-prinsip yang telah disepakati. Dia juga meminta kepada pihak-pihak tertentu untuk tidak melakukan intervensi politik yang bisa merusak kesepakatan antara Indonesia dan GAM. Jika hal ini bisa dilakukan dia yakin masyarakat Indonesia akan mendukung penyelesaian Aceh secara damai dan bermartabat.

Sementara itu, Tokoh Aceh, Hasballah M Saad mengatakan sekecil apapun kesepakatan yang dicapai antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka dalam pertemuan di Helsinki, Finlandia sudah menunjukkan keinginan kedua belah untuk menyelesaikan konflik Aceh secara damai. Dia berharap semua elemen TNI dan GAM dilapangan juga harus secara bertahap menyesuaikan diri dengan kesepakatan itu. Hal ini berarti memberi ruang bagi masyarakat sipil di Aceh untuk kembali bersama-sama membangun Aceh.

Hasaballah sadar hasil pertemuan ini tidak serta merta bisa menciptakan perdamaian yang langgeng di Aceh setelah konflik selama 28 tahun, namun yang penting dicatat adalah adanya kesungguhan dari kedua belah pihak untuk mencari solusi mengatasi konflik di wilayah itu.

Hasballah optimistis pertemuan ini bakal berujung pada perdamaian, apalagi melihat harapan rakyat Aceh akan terciptanya situasi yang aman sehingga masyarakat sipil bisa kembali membangun Aceh.

Namun Hasballah khawatir adanya pernyataan-pernyataan liar dari pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan adanya perdamaian di Aceh. Terhadap hal ini dia meminta semua pihak melihat kepentingan yang lebih besar yaitu kesejahteraan bagi warga Aceh. (ton)