Warga Palu Memilih Mengungsi
(KBR 68H - 24 Januari 2005) - Warga Palu tetap panik, meski Badan Meterologi dan Geofisika BMG terus menegaskan bahwa gempa yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah dini hari tadi tidak diikuti oleh gelombang tsunami seperti yang terjadi di Nanggoroe Aceh Darussalam. Mereka mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, untuk menyelamatkan diri.
Salah seorang warga Ibu Niar mengatakan para warga tetap was-was meskipun sudah ada penjelasan tidak ada tsunami. Ibu Niar mengaku tidak tahu sampai kapan akan bertahan di tempat pengungsian. Dia menambahkan warga makin banyak yang naik ke gunung-gunung karena masih terjadi gempa susulan.
"Justru sekarang lebih banyak yang naik ke atas, karena masih banyak gempa susulan. Warga di bawah mengatakan, gempa terasa kencang sekali, tapi tidak begitu terasa di gunung. Kami takut, kalau terulang kembali tsunami seperti di Aceh," kata Niar.
Ibu Niar mengaku rumahnya dekat sekali dengan pantai dan saat ini seluruh keluarga sudah mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Dia mengaku kepanikan makin besar setelah sempat muncul isu bahwa air laut sempat naik.
Kota Palu dan sebagian besar wilayah Provinsi Sulteng kurun 10 tahun terakhir beberapa kali diguncang gempa kuat, terbesar terjadi pada 1 Januari 1996 dengan kekuatan 7,4 pada Skala Richter. Gempa yang terjadi delapan tahun lalu dan berpusat di Selat Makassar itu mengakibatkan sembilan orang tewas serta belasan desa yang berada di bibir pantai barat Kabupaten Donggala dan Tolitoli porak-poranda disapu gelombang tsunami. (ton)
