Universitas Syah Kuala Banda Aceh, Segera "Bangkit"
Bencana gempa bumi dan badai tsunami di Nangroe Aceh Darusalam ternyata menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap jalanya proses belajar mengajar di propinsi tersebut. Tidak hanya Sekolah Dasar atau Menengah yang terganggu proses belajar mengajarnya tetapi juga Perguruan Tinggi terbaik yang ada Aceh; Universitas Syiah Kuala. Laporan berikut ditulis Andre Nugroho.
***
Secara fisik bangunan Universitas Syak Kuala, sebetulnya tidak mengalami kerusakan berarti, namun ribuan data administari milik mahasiswa hancur dilumat banjir akibat badai tsunami. Selain itu, peralatan praktek di laboratorium dan komputer yang digunakan untuk menunjang kegiatan mahasiswa di Universitas Syah Kuala juga rusak akibat goncangan gempa. Kondisi ini diperparah dengan meninggalnya 93 orang dosen, dan hampir 80 dosen lainnya dinyatakan hilang.
Memang menyedihkan, tetapi roda pendidikan di kampus yang berdiri secara resmi pada tahun 1961 ini harus tetap berjalan. Pembantu Umum Rektor Universitas Syiah Kuala, Bidang Kemahasiswaan, Azhar Puteh, mengatakan semua fakultas yang ada di Universitas Syah Kuala akan memulai kegiatan belajar mengajarnya pada 1 Februari mendatang.
"Rencananya semua faklutas yang berjumlah sembilan yang ada di linkungan Unsyiah akan aktif ke proses belajar mengajar dengan asumsi tidak ada hambatan ataupun hal-hal yang lebih menuju ke arah tidak kondusif apabila semua kondusif maka tanggal 1 Februari merupakan tanggal yang telah disepakati oleh rektorat untuk aktifitas belajar-mengajar," kata Azhar Puteh.
Azhar Puteh menambahkan, saat ini pihak kampus Universitas Syah Kuala masih terus mendata dan mencari mahasiswa yang terpencar dan hilang akibat bencana gempa dan tsunami. Untuk mendorong terlaksananya proses belajar mengajar di kampus tersebut, Azhar Puteh mengatakan, rektorat juga akan mencoba membantu mahasiswa dengan meringankan beban pembayaran SPP.
"Masalah uang kuliah atau SPP, ini masih dalam wacana pihak rektorat. Wacana pertama kita akan meberikat sedikit prioritas atau kompensasi bahakan kalau bisa kita menggratiskan mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar di Unsyiah," lanjut Azhar.
***
Roda pendidikan di Syah Kuala memang harus segera berjalan. Kendala berupa hilangnya data mahasiswa dan rusaknya perangkat belajar mengajar tidak akan dijadikan alasan untuk menunda kegiatan belajar di kampus itu. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Satryo S Brojonegoro, mengatakan kegiatan pendidikan di kampus tersebut harus berjalan meski kondisinya masih meprihatinkan. Departemen Pendidikan Nasional juga tidak akan mempermasalahkan data administrasi mahasiwa yang hilang atau rusak saat bencana.
"Dengan apa yang ada, (kegiatan belajar mengajar) akan dimulai dulu. Minimal kegiatan kampus tidak berhenti sama sekali. Tentuanya kekurangan yang ada seperti dosen yang tidak ada atau hal-hal lain akan dicoba ditutupi atau dipenuhi dengan bantuan perguruan tinggi yang ada disekitar Aceh. Mereka bisa memperbantukan dosen atau juga termasuk memungkinkan mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan di luar Aceh sesuai dengan bidang studi yang diminati," kata Satrio Brojonegoro. Ia menambahkan, dalam kondisi darurat Depdiknas akan menerima mahasiswa yang dokumennya hilang, atau datanya tidak ada. "Secara bertahap kita akan menelusuri datanya, kalau ditemukan nanti akan dieteruskan. Kalau tidak ada datanya kita akan melakukan pemutihan pada status yang mereka peroleh sebelumnya," tambahnya.
Departemen Pendidikan Nasional juga mengkaji kemungkinan pembebasan biaya pendidikan bagi mahasiswa di Aceh. Satryo Brojonegoro mengaku, hingga saat ini belum ada alokasi dana khusus untuk mengganti perangkat pendidikan yang rusak akibat gempa dan tsunami. Menurutnya, saat ini yang paling diperhatikan adalah penyediaan tenaga pengajar yang hilang.
Dirjen Pendidikan Tinggi, juga akan mengusahakan dosen bantuan yang jumlahnya sama dengan jumlah dosen yang hilang atau meninggal. Dosen bantuan ini akan diusahakan, sampai Universitas Syah Kuala mempunyai dosen tetap. Satryo Brojonegoro memperkirakan Universitas negeri kebanggaan warga Aceh itu membutuhkan waktu tiga hingga empat tahun untuk mendapatkan dosen baru.
***
Upaya mencari tenaga pengajar bantuan, ditanggapi berbagai perguruan tinggi lain di Indonesia, dengan menawarkan bantuan tenaga pengajar. Ada juga bantuan yang ditawarkan kampus lain seperti Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang. Perguruan tinggi itu membantu 13 mahasiswa kedokteran Universitas Syah Kuala, meneruskan tugas akhir mereka di Ujung Pandang.
Pembantu Rektor III Universitas Hasanuddin, Ambo Ala mengatakan, Unhas dan pemerintah daerah Sulawesi Selatan akan membantu secara penuh pendidikan mahasiswa Syah Kuala yang dititipkan di kampus tersebut.
"(Mahasiswa) Yang ditampung di Fakultas kedokteran ada 13 orang, ini kerjasama dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. Jadi untuk akomodasi ditanggung Pemda. Kita di Unhas memberikan kesempatan secara gratis untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran sampai seleseai. Ini diberikan karena mereka sudah memasuki masa co-ass sehingga kita memerikan fasilitas kepada mereka untuk belajar sampai selesai," kata Ambo Ala. Menurut ia, bantuan diberikan untuk 25 orang tetapi yang sudah datang ke Fakultas Kedokteran Unhas baru 13 orang.
Bencana gempa dan tsunami telah memporak-porandakan Aceh, namun, Universitas Syah Kuala yang menjadi salah satu kebanggaan Aceh, memilih segera bangkit. Seperti prasasti di Tugu Darussalam, di depan kampus itu. Tulisan itu berbunyi, ‘Tekad yang Bulat Melahírkan Perbuatan yang Nyata.
Tim Liputan 68H Jakarta
