Halaman Depan   Laporan Utama   Tajuk 68H   Profil 68H   Agenda 68H

Sunday, January 16, 2005

Diprediksi Turun, Warga Jakarta Tetap Terancam Jadi Korban Demam Berdarah

Hujan, adalah mimpi buruk untuk warga Jakarta. Kucuran air dari langit ini dituding bertanggung jawab atas segala persoalan mulai dari macet di jalan raya, hingga banjir besar yang nyaris merendam Jakarta. Sejak sepuluh tahun terakhir, dosa banjir lainnya adalah dianggap sebagai musim pembawa malapetaka demam berdarah dengue. Sebelumnya dipercaya ada siklus lima tahunan yang menyebabkan ledakan kasus dalam bentuk wabah. Kini teori itu tak terlalu manjur lagi, karena data menunjukkan dari tahun ke tahun DBD muncul sebagai wabah langganan bersama musim hujan.

Wabah DBD tercatat membawa korban dan aib sangat besar bagi pemerintah pada tahun 1998. Saat itu tercatat korban mencapai 2.567 orang. Pemerintah Jakarta dikritik keras karena dinilai tak punya persiapan cukup menghadapi munculnya wabah meskipun tanda-tanda sudah mengintai. Celakanya, tahun lalu malah jumlah korban naik lebih tinggi. Dalam dua bulan saja antara Februari – Maret 2004 wabah DBD di Ibu Kota sudah makan korban 3.393 orang.

Tahun ini, tak nampak ada tanda persiapan luar biasa dilakukan pemerintah Jakarta.

Juru Bicara Dinas Kesehatan Jakarta Evy Zelfino mengatakan pemerintah Jakarta terus melakukan penyuluhan mengenai pencegahan munculnya DBD. Prioritas program adalah sejumlah wilayah yang dianggap rawan terjangkit wabah ini. Selain sosialisi, Dinas Kesehatan Jakarta menurut Evy juga telah melakukan upaya teknis untuk mencegah menyebarnya demam berdarah ke wilayah lain. "Dinas Kesehatan sendiri telah melakukan bebrepa tindakan teknis sesuai dengan stndar prosedur seperti Fogging Focus, pemberantasan sebelum musim penularan, ada jumantik, ada pemantauan jentik berkala dan berbagai ha penting sudah kita lakukan", kata Evi.

Hasilnya?
Dua pekan Jakarta diguyur hujan, seorang korban tewas, sementara 207 lainnya tergeletak dihinggapi DB. Demam Berdarah juga mengganas di tiga kelurahan yang langsung diberi status gawat demam berdarah dengue. Sementara 70 kelurahan lainnya diberi peringatan waspada demam berdarah.

Vonis gawat ini, rupanya cukup membuat warga kelimpungan.
Warga Kelurahan Kayumanis, yang ikut dinyatakan dalam kondisi gawat DB, kini mulai ikut anjuran pemerintah untuk membersihkan lingkungan secara rutin. Supenti, seorang warga mengakui kini kegiatan kebersihan rutin dilakukan tiap Jumat pagi pukul 09.00. Sebagai bentuk kewaspadaan, ia juga merasa perlu rajin membersihkan rumah untuk menghindari demam berdarah. "Pencegahanya membersihkan bak mandi dengan abate, kemudian membersihkan kaleng-kaleng. Di lingkungan sekitar dilakukan setiap jumat pagi, minggu kemarin baru dimulai. Rencanaya kegiatan ini memang rutin", jelas Supenti.

Namun fakta menunjukkan, dari tahun ke tahun upaya pencegahan belum menunjukkan hasil maksimal. Korban terus selalu jatuh, bahkan hingga menewaskan nyawa. Dititik ini, persoalan lain sudah menanti korban. Birokrasi pengurusan perawatan dan mahalnya ongkos rumah sakit selalu menjadi masalah tersendiri. Sering korban terlambat ditangani karena tak mampu bayar.

Tahun ini, situasi yang sama sangat mungkin terjadi lagi. Sebabnya karena pemerintah tak punya kuasa penuh atas tata cara pengurusan pasien DB terutama di rumah sakit swasta. Untuk mencegah ada kasus penolakan pasien Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Umar Fahmi menyarankan agar korban dirawat di RS pemerintah. Korban juga diminta tak menunda keputusan amsuk RS, Cuma karena takada biaya karena menurut Umar jaminan social untuk masyarakat kurang mampu sudah diberikan pemerintah. "Nanti kita lihat perkembangannya. Tahun lalu, pemerintah membebaskan pasien kelas tiga, saya kira sangat efektif. Tanpa kebijakan khusus itu pun, masyarakat miskin sudah ada jaminan bisa masuk ke rumah sakit, gratis. Untuk yakin, saya kira masuk ke rumah sakit pemerintah saja." terang Umar.

Satu hal yang agak melegakan, Departemen Kesehatan memperkirakan tahun ini angka korban lebih sedikit. Menekan angka korban secara drastis diakui Depkes sangat sulit. Karena itu lagi-lagi, peran individu dalam menjaga kebersiha lingkungannya sangat penting. Pada tingkat kebersihan tinggi, persoalan demam berdarah tak pernah jadi ancaman. Ini sudah dibuktikan dibanyak Negara, termasuk Negara tetangga Singapura yang terkenal disiplin menjaga kebersihannya.

Jadi sambil berguru pada Singapura, Departemen Kesehatan mengajak semuanya untuk bergiat membersihkan lingkungan.Seraya berharap, tahun ini hujan tak benar-benar membawa petaka bernama demam berdarah dengue.

Tim Liputan 68H Jakarta